Darius Sinathrya Ancam Suporter Rebut Jersey Anak!

Darius Sinathrya Ancam Suporter, jagat maya kembali dibuat panas dengan insiden yang bikin miris sekaligus emosi. Dalam pertandingan Timnas Indonesia U-23, terjadi momen menyentuh saat Marselino Ferdinan melemparkan jersey-nya ke tribune penonton. Namun alih-alih menjadi kenangan manis bagi anak kecil yang beruntung menangkapnya, momen itu justru berubah jadi keributan—karena seorang suporter dewasa dengan brutal merebut jersey tersebut dari tangan si anak.

Sontak, video kejadian itu viral dan menuai reaksi keras. Salah satu publik figur yang angkat bicara dengan nada geram adalah Darius Sinathrya, aktor sekaligus presenter olahraga yang di kenal sangat menjunjung tinggi sportivitas.

Lewat unggahan Instagram dan wawancara media, Darius melontarkan ultimatum keras kepada pelaku. Ia bahkan menyebut siap mengambil tindakan langsung jika suporter tersebut tidak minta maaf secara terbuka.

Apa yang sebenarnya terjadi di balik kejadian ini? Siapa pelaku perampasan jersey itu? Dan mengapa Darius begitu marah hingga mengancam turun tangan langsung? Mari kita bongkar semuanya dalam artikel in Darius Sinathrya Ancam Suporteri.


Kronologi Insiden: Dari Momen Haru ke Mimpi Buruk

Pertandingan berjalan penuh semangat. Seusai laga, seperti biasa, beberapa pemain memberikan kenang-kenangan kepada penonton. Marselino Ferdinan, gelandang muda berbakat yang sedang naik daun, melemparkan jersey-nya ke arah penonton.

Jersey itu awalnya mendarat di tangan seorang anak laki-laki kecil yang duduk di bangku depan bersama ayahnya. Wajah anak itu terlihat begitu bahagia, namun hanya bertahan beberapa detik. Dalam hitungan detik, seorang pria dewasa datang dari sisi belakang dan langsung merebut jersey dari tangan anak tersebut dengan paksa.

Anak itu terlihat shock dan menangis, sementara sang ayah terlihat pasrah. Situasi berlangsung cepat, dan tidak ada petugas keamanan yang sempat mencegah Darius Sinathrya Ancam Suporter.

Aksi Barbar di Tribun: Nafsu Eksistensi dan Mentalitas “Gue Harus Dapat”

Satu hal yang mencuat dari insiden ini bukan hanya soal perampasan jersey semata, tapi fenomena yang lebih luas: nafsu eksistensi di kalangan suporter dewasa yang tak sehat. Dalam banyak pertandingan, kita sering melihat bagaimana penonton berlomba-lomba mendapatkan perhatian kamera, meneriakkan kata-kata provokatif, bahkan menyenggol pemain demi konten pribadi. Yang terjadi saat Marselino Ferdinan melempar jersey hanyalah puncak gunung es dari mentalitas “gue harus dapat, lo minggir aja.”

Pria yang merebut jersey dari anak kecil itu bukan hanya memalukan secara moral, tapi juga mencerminkan egoisme akut. Bagaimana mungkin seorang dewasa bisa begitu tidak peduli dengan perasaan anak kecil yang sudah lebih dulu mendapatkannya secara sah? Ini bukan hanya soal rebutan hadiah, tapi soal pendidikan karakter dan etika sosial yang amburadul.

Sayangnya, mental seperti ini semakin di perparah oleh budaya flexing di media sosial. Mendapatkan jersey pemain Timnas di anggap sebagai “trophy” untuk pamer di Instagram, bukan sebagai penghargaan dari sang pemain kepada fans. Demi konten, demi likes, bahkan harga diri pun di korbankan Darius Sinathrya Ancam Suporter.

Jika pola ini tidak di koreksi, maka stadion akan terus menjadi tempat di mana suara anak-anak dan fans sejati tenggelam oleh orang-orang dewasa yang masih kekanak-kanakan. Dan insiden seperti ini akan terus terulang, membuat sepak bola Indonesia tak pernah benar-benar dewasa.


Video Viral: Kemarahan Publik Meledak

Seorang penonton lain merekam insiden ini dari sudut yang sangat jelas. Video berdurasi 19 detik itu langsung viral di TikTok dan Twitter (X), dengan caption yang membuat netizen makin terbakar emosi:

“Anak kecil sudah dapat jersey Marselino, tapi dirampas sama orang dewasa. Mana harga diri lo, bang?”

Netizen langsung ramai-ramai menyerang akun media sosial yang di duga milik pelaku. Dalam waktu singkat, identitas pria tersebut berhasil di lacak — bahkan alamat dan tempat kerjanya mulai tersebar, meskipun belum terverifikasi.


Darius Sinathrya Angkat Bicara: “Kalau Gak Minta Maaf, Gue Sendiri yang Cari!”

Tak lama setelah video viral, Darius Sinathrya membuat unggahan Instagram Story yang mengejutkan. Ia menuliskan:

“Suporter kayak gini merusak semangat sepak bola Indonesia. Kalau dia gak minta maaf dalam 3×24 jam, gue sendiri yang akan cari. Ini bukan soal jersey, ini soal moral.”

Pernyataan ini langsung di sambut gegap gempita netizen. Banyak yang mendukung Darius dan bahkan meminta PSSI dan panitia pertandingan mengambil tindakan tegas.

Di lain kesempatan, saat di wawancara oleh media olahraga, Darius menyebut bahwa anak kecil itu seharusnya mendapat perlindungan.

“Sepak bola itu milik semua orang, termasuk anak-anak. Kalau mereka sampai trauma karena ulah orang dewasa, maka kita gagal membangun budaya suporter yang sehat.”


Siapa Sebenarnya Pelaku? Netizen Sudah Gerah

Meskipun wajah pelaku terlihat jelas di video, hingga artikel ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari pria tersebut. Akun media sosial yang diduga miliknya dikunci, dan beberapa postingan menghilang.

Netizen pun beraksi dengan cepat. Mereka menyebut pelaku dengan berbagai julukan seperti “Perampas Jersey”, “Sultan Tega”, hingga “Om-Oman Tak Tahu Diri.” Tak sedikit juga yang mengajak untuk melakukan boikot sosial terhadap pelaku, termasuk menyebarkan foto agar ia dilarang hadir di stadion lagi.


Dukung Darius, Marselino Turut Bereaksi

Marselino Ferdinan sendiri akhirnya ikut memberikan respons. Lewat akun Instagram-nya, ia memposting ulang video insiden tersebut dan menambahkan caption:

“Saya kasih jersey itu buat anak kecil itu, bukan buat yang lain. Tolong kembalikan.”

Unggahan ini memicu gelombang dukungan dari para suporter sejati. Bahkan muncul tagar #BalikinJerseyItu yang sempat trending di Twitter selama dua hari.


Budaya Suporter Indonesia: Apakah Masih Barbar?

Insiden ini membuka kembali diskusi lama soal budaya suporter Indonesia. Dulu, aksi-aksi anarkis dan kekerasan di stadion sering menjadi berita. Kini, ketika sepak bola mulai berbenah, insiden seperti ini mencoreng upaya panjang yang telah dilakukan banyak pihak.

Psikolog olahraga menyebut bahwa kesadaran kolektif suporter Indonesia masih sangat rendah, terutama dalam memahami hak-hak orang lain di dalam stadion.

“Ada ego besar di antara suporter, terutama orang dewasa yang merasa lebih berhak karena sudah lama nonton bola. Padahal anak-anak punya hak yang sama.”


Darius dan Aktivisme Sepak Bola: Bukan Sekadar Presenter

Darius Sinathrya selama ini dikenal sebagai presenter olahraga yang cukup idealis. Namun di balik layar, ia juga aktif mengembangkan komunitas suporter muda dan pelatihan sportivitas untuk anak-anak. Tak heran jika ia merasa sangat terpukul dengan kejadian ini.

Bagi Darius, insiden jersey ini bukan hanya soal kain, melainkan soal moralitas dan rasa hormat terhadap sesama penonton — terutama mereka yang masih kecil dan rentan secara emosi.


Efek Psikologis pada Anak: Luka yang Tak Terlihat

Menurut pengamat psikologi anak, kejadian ini berpotensi menimbulkan trauma bagi si anak korban perampasan.

“Dia merasa sudah dapat sesuatu yang spesial, tapi dirampas secara kasar. Ini bukan soal kehilangan jersey, tapi rasa aman dan kepercayaan yang hancur.”

Penting bagi orang tua si anak untuk mendampingi dan memulihkan rasa percaya diri si kecil. Beberapa komunitas bahkan sudah mengusulkan agar Marselino dan PSSI langsung mengundang si anak ke sesi latihan untuk memberi pengalaman positif baru.


Netizen Dorong Pemblokiran Tiket untuk Pelaku

Gerakan digital terus membesar. Beberapa petisi online telah dibuat untuk meminta panitia pertandingan mem-blacklist suporter pelaku perampasan dari semua event sepak bola nasional. Petisi itu sudah ditandatangani ribuan orang hanya dalam 2 hari.


Kasus Ini Belum Selesai: Apa Langkah Selanjutnya?

PSSI sudah menyatakan tengah menginvestigasi kejadian ini. Namun hingga kini, belum ada sanksi resmi yang dijatuhkan.

Darius sendiri dikabarkan siap menghadirkan si anak ke publik dan menuntut keadilan secara langsung jika pelaku tak segera meminta maaf. Bahkan beberapa fans menantikan momen tersebut terjadi di stadion — sebagai bentuk balas dendam moral.


Penutup: Suporter Dewasa, Mental Masih Anak-anak?

Kejadian ini menjadi pengingat bahwa usia tak selalu mencerminkan kedewasaan. Dalam dunia sepak bola, sportivitas dan rasa hormat adalah hal yang tak bisa ditawar. Ketika seorang pria dewasa merampas jersey dari anak kecil, maka yang tercoreng bukan hanya namanya — tapi seluruh wajah suporter Indonesia.

Darius Sinathrya telah memberi contoh bahwa suara tegas dari tokoh publik masih sangat dibutuhkan, terutama dalam membela yang lemah dan melawan budaya egois yang terus menjamur di tribun penonton.

Kini, giliran kita sebagai penonton dan netizen untuk memilih: mau jadi suporter sejati… atau cuma penonton barbar berkedok pecinta bola?